Belakangan ini marak sekali
artis-artis yang mencoba peruntungan dalam bisnis kuliner dengan label "Oleh-oleh Khas, Oleh-oleh Kekinian, Oleh-oleh Asli" kota mana. Bukan cuma di
satu kota, nyatanya mereka berlomba-lomba
membuat usaha tersebut di berbagai kota di Indonesia. Seolah ingin memonopoli
satu kota dengan label ke khas-an produknya, termasuk di kota saya Cirebon.
Tapi apa produk yang diperdagangkan
adalah benar-benar sesuatu yang khas atau asli dari kota asal yang di claim?
Sedikit cerita. Awalnya waktu saya
cek di instagram about cirebon, saya lihat tuh semacam iklan promosi bahwa
salah satu artis kenamaan I*ndr B*kti bakal buka usaha "Oleh-oleh" di kota
Cirebon. Dari awal baca saya agak skeptis (maklum, saya anaknya nethink an) ini
artis orang mana sih? Kok buka usahanya di sini? Emang orang Cirebon? Mau
jualan apa oleh-oleh Cirebon kan gitu-gitu aja, gak mungkin artis mau rugi?
Tapi saya juga mikir gini ; ya gak apa lah namanya usaha dimana aja juga
boleh siapa tau bisa ngangkat sektor ekonomi kota kan lumayan. Pikir saya gitu.
Itu sebelum saya tau produk apa yang diperjual belikan serta fakta-fakta
mengejutkan lain yang belakangan baru saya ketahui.
Jadi apa produk yang dijual? It’s a cake.
Kudapan manis yang biasa dimakan saat santai bersama teh atau kopi katakanlah
salah satu dessert. Dan cake seperti apa? Yang saya liat ini gak ada Cirebon
nya sama sekali. Gak ada unsur khas Cirebon di dalamnya. Cake nya berbentuk
selayaknya sponge cake biasa yang dilayer dengan puff pastry dan filling whipp
cream atau isian lain dengan berbagai varian rasa. Kalau mau lebih tau bisa
browsing, ini
salah satu jenis cake yang terkenal di negara luar sana. Bukan khas Indonesia
apalagi khas Cirebon.
Bisa cek kesini,
Link for Strudel : https://en.wikipedia.org/wiki/Strudel
Link for Napoleon : http://www.mumscookbook.net/cakes-frostings/cakes/napoleon-cake
French Napoleon Cake |
Seketika bakat nethink saya membabi
buta. Rasanya panas ada yang menyebut makanan yang bahkan bukan khas negara ini
apalagi kota ini disebut "oleh-oleh khas atau asli" ditambah mengkomersialkan
status entertain yang dikenal banyak orang seantero Negeri demi mendapatkan
keuntungan.
Lebih kaget lagi saya ketika setelah
artis IB tersebut ada lagi newcomer artis yang membuka gerai oleh-oleh yang
katanya khas tersebut di kota saya ini. Kirain produknya beneran oleh-oleh
karena banyak motif mega mendung di iklan-iklan yang dipajang ternyata
produknya sama. S-A-M-A.
Russian Strudel Cake |
Yang membedakan hanya presentasinya
saja. Yang satu base cakenya berada di tengah dengan dibalut puff pastry
diluarnya sedang yang satunya menempatkan puff pastry ditengah-tengah antara
base cake.
Tidak sampai disitu kekagetan saya masih
berlanjut ketika tau di kota-kota lain sudah
lebih dulu di "gauli" dengan jenis usaha kuliner yang sama, of course yang
punya artis juga. Contoh, di Bandung, ada Bandung Makuta, di Bogor ada Bogor Raincake, lalu
ada Medan Napoleon, Malang Strudle dll. Let me think, memang ada oleh-oleh khas Bandung namanya Makuta?
Kira-kira itu yang saya pikirkan.
Beberapa kali saya cek akun sosial
media produk-produk tersebut, sekedar memastikan dan supaya saya tidak begitu
suudzon dengan usaha yang sebenarnya sah-sah saja. Beberapa ada yang
mencantumkan produknya merupakan oleh-oleh khas miliknya tanpa menuliskan
oleh-oleh khas kota anu, beberapa menuliskan oleh-oleh asli dari mana, beberapa
juga menuliskan oleh-oleh kekinian kota anu. Tetap saja ini aneh buat saya.
Para artis ini seolah latah. Gak
masalah mereka buat usaha yang sama pun bahkan dengan merk sama atau seolah
membuat dinasti; semua keluarga dari suami, istri, menantu, kakek, nenek bikin
usaha sama diberbagai kota. Tapi kenapa harus "Oleh-oleh Khas", khas daerah
mana? Khas para artis? Mungkin iya.
"Asli" (?) |
Biarin aja saya dibilang norak, kuno
atau apalah. Salah satu teman saya pernah berkomentar kalau cara pikir saya aja
yang kuno. Gak bisa mengikuti perkembangan jaman, harusnya saya seneng soalnya
dunia peroleh-olehan di Indonesia jadi makin maju dan modern. Modern dari mananya ya?
Bukannya ke khas an adalah ciri tersendiri yang memiliki sejarah panjang sejak
dulu dan diakui menjadi warisan budaya? Modern dengan tradisional itu beda.
Yang kepalanya soak siapa gitu ya, saya jadi bingung. Kenapa saya menantang hal
tersebut begitu keras? Karena mereka menuliskan dalam Merknya bahwa produk
mereka adalah "Khas" kota anu. Ya ini adalah soal Branding.
Ok, beberapa memang tidak meng-claim
bahwa produknya merupakan oleh-oleh khas. Tapi coba kita kembali perfikir. Saat
pertama kali kita memikirkan tentang kata "oleh-oleh" apa yang terpikir? Saat
kita pergi ke suatu kota lalu saudara-saudara kita minta dibelikan oleh-oleh,
apa saja yang pertama kali terpikirkan? Kalau bukan makanan khas, biasanya
hasil kerajinan atau sektor industri yang menjadi ciri kota tersebut. Contohnya
seperti pakaian mungkin yang bercirikan ke khas-an suatu daerah, atau gantungan
kunci, dsb. Semua memiliki unsur ciri khasnya. Bagaimana dengan cake para artis
ini?
Coba kita tengok bisnis kuliner yang
sejenis. Contoh Brownies Amanda. Produknya adalah brownies, sejenis cake coklat
but more deep terkesan agak pahit. Sampai sekarang brand ini masih tetap
bertahan bahkan dengan memiliki reputasi yang bagus dan memiliki banyak cabang
di berbagai kota di Indonesia tanpa ada embel-embel "Khas Cirebon", "Khas Bandung", "Khas Bogor", dst. Dia cuma pakai nama Produk plus nama ‘’Amanda’’ entah itu
nama ownernya, pacarnya, ibunya, keluarganya, atau mantannya.
Jika saja para artis yang bernaung
dalam satu corporasi sedikit kreatif dan tidak mengkomersialisasikan nama kota
untuk sebuah produk, bisa saja mereka membuat nama branding nya tanpa
membubuhkan nama kota di awal produknya. Kalau memang produk yang dijual
memiliki hampir 90% kesamaan dan tersebar diberbagai kota di Indonesia, sama artinya bahwa
corporasi A memiliki beberapa cabang toko. Hanya saja tiap toko di kota yang
berbeda di gawangi salah satu artis kenamaan. Betul tidak? Lalu kenapa tidak
membuat branding seperti; Napoleon Cake by Indra, Nepoleon Cake by Zaskia,
Napoleon Cake by Bella, toh produknya mirip.
Ini aneh.. semudah ini bahkan bisa terpikirkan oleh saya (maaf sok
pinter). Sepertinya memang sengaja disetting seperti itu, sebut saja namanya
strategi marketing.
Cake artis yang 90% Produknya sama |
Sama halnya seperti toko Brownies
Amanda yang saya sebutkan, bahkan di Cirebon sendiri gerai cabangnya ada
banyak. Mungkin 2 atau lebih, itu hanya di wilayah kota. Belum lagi wilayah
kabupaten. Tapi apakah toko brownies ini ber-label kan “Oleh-oleh khas”? atau
mengkomersialkan nama kota tertentu? tidak bukan. Pemiliknya pun entah artis atau
bukan, tanpa menjual nama beken asalkan kualitas produknya baik dan stabil
buktinya toko brownies ini masih tetap eksis.
Contoh lain, toko cake and bakery
BreadTalk, J.Co, Dunkin, dll. Saya jadi
bertanya-tanya, mencoba mengingat dan mencari tau apa kira-kira ada unsur khas
daerahnya dari produk-produk para artis itu? Tapi sampai sekarang masih belum menemukan
juga sebelah mananya yang khas. *mungkin dus box nya atau iklan di IG nya yang
suka bawa-bawa vocabulary dari bahasa Cerbon? Hmm..
Masalahnya disini adalah masyarakat
mudah sekali terpengaruh dengan hal baru termasuk dalam hal yang sedang saya
bicarakan ini. Seperti belum "Qeqinian" kalau belum mencoba. Memang tidak salah membeli dan
mencoba tapi apa mereka tidak berfikir ada yang aneh dan mengganjal?
Sejujurnya saya sangat sedih saat
melihat banyak orang seperti gila mengantri demi mendapatkan dan mencoba cake
artis yang katanya enak, mirip antrian cakenya makuta di Bandung yang dari subuh
udah ada yang antri padahal bukanya gak jam segitu.
Yah gak papa sih. Gak masalah. Hak
masing-masing. Toh mereka punya duit. Hanya saja mereka pun jadi secara tidak
langsung ikut mempromosikan produk oleh-oleh bohongan yang dijual para artis.
Kok bisa? Iya bisa. Metode promosi produk tersebut adalah via media sosial.
Siapa yang gak punya medsos hari gini? Anak SD kelas 1 aja udah bisa live
instagraman. Dengan metode ini, promosi bisa tersebar sangat cepat hanya dalam
hitungan detik. Satu orang follow akun resmi IG bisnis oleh-oleh tersebut.
Karena ngiler liat foto produknya akhirnya nge tag temennya. Teman yang di tag, nge tag juga ke pacarnya.
Terus seperti itu. Bayangkan saja dalam sehari bisa berapa juta masyarakat Cirebon yang melihat iklan
promosi produk oleh-oleh tersebut. See, logic kan?
*bahkan ada juga akun IG yang menawarkan
jasa titip beli Cirebon Sultana atau Cirebon Kelana biar ga usah mereka yang antri
capek-capek.
Saya sempat gak paham kenapa
masyarakat bahkan mungkin teman-teman yang saya kenal gak notice ini kurang
beres. Malah mereka santai dan serasa bangga aja gitu uploud produk tersebut
sambil nulis caption "Oleh-Oleh Khas Cirebon". Once again, mungkin biar Qeqinian.
Saya bukannya melarang yang lain beli
produk mereka. Bukan. Sekali lagi saya tekankan. Saya tidak bermaksud melarang
dalam hal ini. Hanya saja perasaan saya semacam kecewa. Ini curhatan saya loh.
Kan katanya daripada dipendam mending dikeluarkan saja nanti jadi penyakit, ya
udah saya coba tuangkan lewat tulisan.
Saya hanya berharap masyarakat
modern sekarang cerdas. Iya cerdas. Kalau suatu saat nanti makanan khas kita
hilang digantikan oleh cake-cake para artis tersebut apa baru kalian bereaksi
dan melakukan aksi boikot? Bagaimana nasib usaha oleh-oleh yang benar-benar
khas dari daerah asal kita jika mereka merugi karena kebanyakan konsumen lebih
mengenal cake para artis? Inipun menjadi tantangan tersendiri bagi pebisnis
oleh-oleh yang lain.
Saya tidak bisa membantu apa-apa
kecuali berusaha melestarikan budaya yang dimiliki kota asal saya. Karena saya
bukan pedagang oleh-oleh khas Cirebon jadi cara yang saya tau hanya untuk tidak
membeli produk tersebut (lah wong oleh-oleh asli Cirebon aja saya jarang
beli kok, hehe). Ini adalah bentuk protes saya terhadap penodaan ke khas an kuliner kota
saya.
Kecuali mereka mau mengganti nama
brandnya tanpa perlu membubuhkan nama kota, selain itu perjelas juga produk apa
yang dijual. Kalaupun tidak menjelaskan produk apa yang dijual sekali lagi
cukup beri nama Brand nya saja. Contoh ; Kelana Cake by Ussy, Sultana Cake by
Indra. Kan lebih adem saya (pribadi) bacanya. Tidak juga menimbulkan keambiguan
bagi pembacanya. Mau beli oleh-oleh Cirebon pas datang ke outletnya yang ada
cuma cake doang.
Lalu suatu saat nanti saya punya anak
dan tinggal jauh dari kota asal saya, ketika pulang kampung nanti anak saya bakal
nanya "Mah, oleh-oleh khas Cirebon apa?", "Oh, itu ada Cirebon Sultana, Kelana,
atau Cinnamon nak."
Apa kabar tahu gejrot, terasi, kerupuk kulit, kerupuk melarat dan kawan-kawannya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar